Hikmah

Kemuliaan Guru dalam Pandangan Islam


18 hari yang lalu


kemuliaan-guru-dalam-pandangan-islam

Akhir-akhir ini berbagai berita tentang guru sering berseliweran di media sosial. Tidak sedikit guru yang dilaporkan ke pihak berwajib, bahkan ada yang dipenjara, disakiti, atau mendapatkan perlakuan negatif berlebihan dari orang tua siswa. Masalah yang muncul sering kali berkisar pada tindakan pendisiplinan yang dianggap melampaui batas atau peringatan yang disalahartikan, kasus  terakhir yang sedang hangat dan trending  (https://liks.suara.com/read/2024/10/25/144112 Kisah Pilu Guru Supriyani: Dipenjara karena Tuduhan Palsu).

Meskipun dalam kesehariannya, para guru senantiasa tetap berupaya berpegang teguh pada kode etik profesi yang telah ditetapkan pemerintah. Terlepas dari benar atau tidaknya kabar berita tersebut, ada baiknya kita merenungkan dan memahami lebih dalam mengenai peran penting seorang guru dalam mentransfer ilmu serta membentuk karakter putra-putri kita.

Guru: Sosok Mulia dalam Islam
Dalam Islam, guru memiliki kedudukan yang sangat mulia. Rasulullah SAW adalah figur teladan yang sempurna sebagai seorang guru. Beliau adalah "Maha Guru" bagi para nabi, umat manusia, bahkan seluruh makhluk. Para rasul dan nabi telah menjadi uswah hasanah dalam mendakwahkan dan menyebarkan ilmu.

Sebagaimana diungkapkan oleh Imam Al-Ghazali, guru diibaratkan seperti matahari yang memberikan cahaya kehidupan bagi umat manusia. Kejernihan hati seorang guru akan memancar dalam setiap tindakan dan perilakunya saat mewariskan ilmu. Dengan ilmu dan keteladanan akhlaknya, guru mengarahkan manusia untuk memahami mana yang benar dan salah, baik dan buruk, serta membedakan yang haq dan yang batil. Inilah jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.

Tugas Guru Muslim, Mukmin, dan Muttaqin
Tidak semua guru memiliki tingkatan yang sama dalam kualitas hidup dan ketakwaan. Seorang Muslim dapat menjadi guru, tetapi guru yang menjadi Mukmin dan Muttaqin lebih sedikit. Menjadi mukmin berarti memiliki akidah yang kokoh dan tauhid yang murni. Tugas utama guru mukmin adalah membimbing siswa agar mengenal Allah SWT melalui pembenahan akidah dan pengendalian nafsu.

Seperti sabda Rasulullah Muhammad SAW:
"Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya." Mengenal diri adalah langkah awal menuju pengenalan terhadap Allah SWT. Proses ini melibatkan pengendalian hawa nafsu, yang akan melahirkan ketenangan hati dan kedekatan kepada Sang Pencipta.

Seorang guru muttaqin memiliki kehidupan yang selamat dan menyelamatkan. Mereka memandang profesi guru bukan sekadar rutinitas duniawi, tetapi sebagai ladang amal dan ibadah kepada Allah SWT (QS Adz-Dzariyat: 56). Harta dan ilmu yang dimiliki didedikasikan untuk kebaikan dan kemuliaan, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:  "Jadilah engkau sebagai guru, pelajar, pendengar, atau pecinta ilmu. Janganlah kamu menjadi orang kelima, sehingga kamu menjadi rusak." (HR Abu Daud dan Tirmidzi).

Tantangan Guru dalam Mengendalikan Hawa Nafsu
Tantangan terbesar seorang guru adalah jihad melawan hawa nafsu (jihadun nafsi). Nafsu cenderung membawa pada sifat-sifat tercela, seperti manipulasi, korupsi, atau tindakan yang hanya berorientasi duniawi. Atau terkadang berlebihan dalam memberikan hukuman kepada peserta didik.  Guru yang muttaqin tidak tergoda oleh hal-hal seperti manipulasi nilai, rekayasa dana pendidikan, atau perilaku serupa. Mereka mengabdikan seluruh hidupnya untuk Allah SWT.

Kemuliaan Guru yang Abadi
Kemuliaan sejati seorang guru tidak hanya dirasakan di dunia, tetapi juga di akhirat. Rasulullah SAW bersabda: "Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau doa anak yang saleh." (HR Muslim No. 1631).

Ilmu yang telah diajarkan guru kepada muridnya dan diamalkan secara turun-temurun dan berelanjuta akan terus menjadi ladang pahala yang mengalir, bahkan setelah guru tersebut wafat. Karena itu, seorang guru yang berhasil mendidik diri sendiri dapat menjadi teladan bagi murid-muridnya.

Profesi guru adalah panggilan jiwa yang membutuhkan ketulusan, keteladanan, dan pengendalian diri. Guru memiliki tanggung jawab besar untuk membentuk generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak mulia. Mari kita hormati dan dukung peran guru sebagai pembentuk masa depan bangsa menuju generasi sukses fiddini, waddunya wal akhirah.

Semoga setiap ilmu yang diajarkan oleh guru menjadi amal jariyah yang terus mengalir hingga hari akhir. Aamiin.