3 hari yang lalu
Salah satu tantangan yang sering dihadapi orang tua adalah membiasakan anak untuk melaksanakan shalat tepat waktu. Tidak jarang anak-anak lebih asyik menonton televisi, bermain game di smartphone, atau melakukan aktivitas lain hingga lupa dengan kewajiban shalat. Misalnya, Riki yang sepulang sekolah langsung ganti pakaian lalu duduk manis menonton film kartun favoritnya. Ketika diingatkan untuk shalat Zuhur, ia sering menunda dengan alasan menunggu iklan, bahkan terkadang tetap enggan meski sudah diperingatkan berulang kali.
Kondisi seperti ini bukan hanya terjadi pada waktu shalat Zuhur, tetapi juga pada shalat lainnya, terutama shalat Subuh. Mengajak anak bangun lebih pagi sering kali penuh drama, mulai dari malas bangun, rewel, hingga emosi yang belum stabil. Situasi ini tentu membuat orang tua harus lebih sabar sekaligus kreatif dalam mencari cara agar anak mau terbiasa melaksanakan shalat dengan disiplin.
Padahal, tanggung jawab orang tua untuk mendidik anak shalat sangat besar. Rasulullah SAW bersabda: “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat ketika berusia tujuh tahun. Dan pukullah mereka (dengan pukulan mendidik, bukan menyakiti) jika meninggalkannya ketika berusia sepuluh tahun. Dan pisahkanlah tempat tidur mereka” (HR Abu Dawud No. 495, Ahmad II/180, 187; al-Hakim I/197–hasan).
Ayat Al-Qur’an pun menegaskan pentingnya peran orang tua dalam mendidik anak untuk mendirikan shalat. Doa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam menjadi teladan, “Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku” (QS Ibrahim: 40).
Dari sinilah orang tua perlu memiliki strategi agar anak mau menjalankan shalat dengan kesadaran, bukan karena paksaan semata. Berikut beberapa kiat praktis yang dapat diterapkan:
1. Membuat Jadwal Kegiatan Bersama
Ajak anak menyusun jadwal harian maupun mingguan yang berisi aktivitas utama seperti bangun pagi, sekolah, belajar, bermain, dan tentu saja waktu shalat. Dengan jadwal sederhana ini anak belajar disiplin, memahami manajemen waktu, serta merasa dihargai karena dilibatkan dalam penyusunan aturan keluarga.
2. Hentikan Aktivitas Saat Azan
Biasakan seluruh keluarga menghentikan aktivitas ketika azan berkumandang. Ini menjadi sinyal kuat bagi anak bahwa shalat adalah prioritas. Keteladanan orang tua sangat penting di sini karena anak belajar dari apa yang dilihat, bukan hanya dari apa yang didengar.
3. Membiasakan Shalat Berjamaah
Ciptakan suasana religius di rumah dengan shalat berjamaah. Meski hanya bersama ibu atau saudara, rutinitas ini akan membentuk iklim yang positif. Saat bepergian, biasakan pula mampir ke masjid atau mushala terdekat untuk menunaikan shalat tepat waktu.
4. Gunakan Pertanyaan Pilihan
Alih-alih memerintah secara langsung, gunakan teknik pertanyaan pilihan. Misalnya, “Riki mau shalat jam 12.30 atau jam 13.00?” Dengan cara ini anak merasa diberi ruang untuk memilih, namun tetap dalam koridor waktu yang ditentukan. Tambahkan konsekuensi jika anak menunda, misalnya berkurang waktu bermainnya.
5. Berikan Pengingat Bertahap
Jangan biarkan anak larut dalam aktivitas hingga lupa shalat. Ingatkan secara bertahap, misalnya 10 menit sebelum waktu yang disepakati, lalu 5 menit sebelumnya. Cara ini membantu anak belajar bersiap-siap tanpa merasa dikejutkan.
6. Tegas dengan Kasih Sayang
Jika waktu sudah tiba, tegaskan dengan lembut namun penuh kasih sayang. Sentuhan fisik seperti mengusap kepala atau menggandeng tangannya sering lebih efektif daripada hanya memberi perintah keras. Kehadiran figur ayah atau kakak juga akan memperkuat ajakan untuk shalat berjamaah.
7. Menjaga Konsistensi (Istiqamah)
Shalat harus dibiasakan dengan konsistensi. Orang tua terkadang sudah shalat lebih dahulu, namun tidak ada salahnya mengajak anak shalat berjamaah lagi meskipun waktunya hampir habis. Hal ini menjadi latihan istiqamah dan memberi teladan bahwa shalat adalah kewajiban bersama.
8. Memberi Reward
Gunakan sistem apresiasi sederhana, misalnya dengan tabel bintang untuk shalat lima waktu. Setiap kali anak shalat tepat waktu, beri tanda bintang. Pada akhir pekan, bintang tersebut bisa ditukar dengan hadiah edukatif seperti alat tulis atau buku. Metode ini efektif menumbuhkan motivasi sekaligus membangun kebiasaan positif.
9. Memperbanyak Doa
Akhirnya, semua usaha harus disertai doa. Orang tua hendaknya senantiasa memohon kepada Allah agar anak-anaknya diberi keteguhan hati untuk melaksanakan shalat. Sebab hidayah sejati datang hanya dari Allah SWT.
Membiasakan anak shalat tepat waktu membutuhkan kesabaran, keteladanan, dan strategi yang konsisten. Peran orang tua sebagai figur utama sangat menentukan, karena anak belajar lebih banyak dari apa yang dicontohkan daripada dari apa yang diperintahkan. Dengan ikhtiar, doa, dan teladan yang baik, insyaAllah anak akan tumbuh menjadi pribadi yang taat, disiplin, dan mencintai ibadah.
Referensi
1. Al-Qur’an Surah Ibrahim ayat 40.
2. HR. Abu Dawud No. 495; Ahmad II/180, 187; al-Hakim I/197.
3. An-Nawawi, Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab.
4. Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad fil Islam.
5. Ad-Dahlawi, Hujjatullah al-Balighah.