Hikmah

Menjaga Ukhuwah Islamiyah di Era Modern


7 bulan yang lalu


menjaga-ukhuwah-islamiyah-di-era-modern

Oleh: Dr. KH Umar Jaeni, M.Pd.

Secara naluri, setiap manusia sesungguhnya menginginkan suasana damai, aman, tenteram, dan sejahtera. Dalam pergaulan, kita saling hormat menghormati dan rukun dalam menjalani kehidupan. Hubungan sosial bermasyarakat berjalan secara adil tanpa ada yang merasa paling tinggi. 

Harapan hidup yang penuh dengan kesejukan itu sangat seiring dengan makna dan cita-cita Islam. Fungsi diturunkan agama oleh Dzat Yang Maha Pencipta manusia untuk mengatur tata kelola hubungan antar sesama manusia serta alam sekelililingnya agar tercapai kedamaian. 

Pesan Al-Qur’an tentang pentingnya membangun suasana hidup berdampingan dalam persaudaraan termuat dalam berbagai surat di dalamnya. ”Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. Karena itu, damaikanlah (perbaiki hubungan) antara kedua saudara itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat” (QS Al-Hujarat: 10). 

Di ayat yang lain, Allah SWT berpesan, ”Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali agama Allah dan janganlah kamu bercerai berai” (QS Ali Imran: 103). 

Bersaudara itu nikmat dan bercerai berai itu menyakitkan. ”Lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara’’ (QS Ali Imran: 103). 

Demikian pula pesan Rasulullah SAW. ”Muslim itu adalah saudara muslim yang lain. Dia tidak boleh menzaliminya, membiarkannya (dalam kesusahan), dan merendahkannya…” (HR Muslim).

Ulama menerjemahkan, ada tiga ukhwah atau persaudaran yang perlu dibangun dan dilaksanakan secara bersama. Pertama, ukhuwah Islamiyah, persaudaraan sesama umat Islam. Kedua, ukhuwah wathaniyah, pesaudaraan sesama anak bangsa yang sama-sama tinggal bersama dalam satu tatanan berbangsa. Ketiga ukhuwah basyariyah, persatuan antar sesama manusia.

Pesan yang sangat agung itu dalam pelaksanaan memang tidak mudah, terlebih di era modern sekarang ini. Era yang ditandai dengan perkembangan teknologi komunikasi telah mengubah tatanan sosial. Peradaban luhur jalinan silaturrahmi yang didasari ahklakul karimah mulai luntur. Budaya saling hormat menghormati yang telah mengakar lama dalam kehidupan masyarakat tersa terkoyak-koyak. Penggunaan teknologi media sosial yang sangat bebas tanpa kontrol itu dapat menjadi pemicu keretakan hubungan antar sesama. 

Jika diumpamakan suatu keluarga, saat ini keadaan umat Islam bisa dikatakan keluarga yang kurang harmonis. Dalam keluarga, mereka selalu berselisih, bertengkar. Bahkan, suara pertengkarannya sampai terdengar oleh orang lain. Begitulah keadaannya. Satu kelompok menjelekkan yang lain, satu tukoh merendahkan tokah lain dan disuarakan secara terbuka melalui berbagai media. 

Apa yang menjadi pemicu terjadinya perceraiberaian itu? Beberapa kasus yang sering terjadi antara lain adalah perbedaan pendapat atau sikap baik dalam hal keagamaan atau masalah sosial dan politik. Penyebab lainnya ialah sikap membanggakan diri dan kelompok, kurangnya informasi positif, serta termakan isu tak bertanggungjawab atau hoaks.

Akibat dari sikap saling permusuhan internal umat Islam itu, wibawa akan turun rendah. Orang lain tidak simpatik melihat keluarga yang selalu ribut. Pada gilirannya, tidak ada peran yang kuat dalam pergaulan kemasyarakatan serta kebangsaan.   

Maka, sangat penting umat Islam terus-menerus dengan sabar untuk merawat ukhuwah Islamiah. Membangun satu keluarga yang kokoh dan kompak jangan sampai masuk dalam perangkap cerai berai. Tidak mudah diadu domba.

Ada sikap yang perlu dikembangkan bagi setiap muslim untuk merajut persaudaraan yang kuat. Pertama, senantiasa berpegang kepada tali yang kuat, yaitu Al-Qur’an. Kedua, bebaskan jiwa dari fanatik buta, terlebih ketika memilih pemimpin baik pilpres, pilkada ataupun pemilu legislatif. 

Ketiga, tempatkan perbedaan pendapat sebagai sarana pendidikan untuk lebih meninggikan kualitas berpikir sehingga akan turun rahmat. Menghargai orang lain dan kelompok dengan berpandangan selalu ada kelebihan di luar diri kita. Memahami strategi pihak-pihak yang akan berusaha merusak perdamaian. Kita juga perlu senantiasa mengikuti perkembangan informasi dan menyaring dengan baik informasi yang datang dengan cara tabayyun. 

Itulah nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh Rasullah SAW. Semoga Allah menyelamatkan umat dari perceraiberaian.